27 Agustus, 2008

Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1429 H

Ditulis pada oleh pakarfisika

Marhaban ya Ramadhan

Marhaban ya Ramadhan

Satu harapan, bahwa permulaan bulan Ramadhan 1429 H kali ini akan serempak. Terlepas berbagai kriteria (Hisab, Rukyah, Matla’ dll) penentuan awal bulan dalam Islam atau dalam kalender Hijriyah, berikut saya kumpulkan beberapa Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1429 H untuk beberapa kota di Indonesia. Jadwal Imsakiyah ini atas jerih payah Ikhwan saya di RHI Gresik, Ibnu Zahid Abdo el-Moeid (Baarokallahu fiihi). Berlaku dari tahun 1317-9665 H = 1900 - 9999 M, untuk semua kota-kota besar di Indonesia.

Bagi yang berminat silahkan ambil dan manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Kumpulan Jadwal Imsakiyah di bawah ini hanya untuk beberapa kota.

Sampel Jadwal Imsakiyah 1429 H, kota Klaten

Sampel Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1429 H, kota Klaten

Jadwal untuk kota yang lain, silahkan minta dan akan saya kirimkan via email secepatnya, insya Allah…

Kumpulan Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1429 H yang sudak siap diunduh:

1. Download Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1429 H Yogyakarta

2. Download Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1429 H Surakarta

3. Download Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1429 H Surabaya

4. Download Jadwal Imsakiyah Ramadhan !429 H Malang

5. Download Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1429 H Semarang

6. Download Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1429 H Bandung

7. Download Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1429 H Jakarta

8. Download Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1429 H Denpasar-Bali

9. Download Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1429 H Makassar

10. Download Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1429 H Medan

11. Download Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1429 H Balikpapan-Kaltim

12. Download Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1429 H Rengat-Riau

13. Download Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1429 H Palembang

Persiapan Menyambut Ramadhan Secara Maksimal

Sumber : Panduan Ibadah Ramadhan, Iman Santoso, Lc.

Ramadhan adalah bulan penuh berkah, penuh berkah dari semua sisi kebaikan. Oleh karena itu, umat Islam harus mengambil keberkahan Ramadhan dari semua aktifitas positif dan dapat memajukan Islam dan umat Islam. Termasuk dari sisi ekonomi, sosial, budaya dan pemberdayaan umat. Namun demikian semua aktifitas yang positif itu tidak sampai mengganggu kekhusu’an ibadah ramadhan terutama di 10 terakhir bulan Ramadhan. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan bulan puasa sebagai bulan penuh amaliyah dan aktivitas positif. Selain yang telah tergambar seperti tersebut di muka, beliau juga aktif melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan. Rasulullah saw. menikahkan putrinya (Fathimah) dengan Ali RA, menikahi Hafsah dan Zainab.


Persiapan Mental

Persiapan mental untuk puasa dan ibadah terkait lainnya sangat penting. Apalagi pada saat menjelang hari-hari terakhir, karena tarikan keluarga yang ingin belanja mempersiapkan hari raya, pulang kampung dll, sangat mempengaruhi umat Islam dalam menunaikan kekhusu’an ibadah Ramadhan. Dan kesuksesan ibadah Ramadhan seorang muslim dilihat dari akhirnya. Jika akhir Ramadhan diisi dengan i’tikaf dan taqarrub yang lainnya, maka insya Allah dia termasuk yang sukses dalam melaksanakan ibadah Ramadhan.


Persiapan ruhiyah (spiritual)

Persiapan ruhiyah dapat dilakukan dengan memperbanyak ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an saum sunnah, dzikir, do’a dll. Dalam hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah ra. berkata:” Saya tidak melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban” (HR Muslim).


Persiapan fikriyah

Persiapan fikriyah atau akal dilakukan dengan mendalami ilmu, khususnya ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Banyak orang yang berpuasa tidak menghasilan kecuali lapar dan dahaga. Hal ini dilakukan karena puasanya tidak dilandasi dengan ilmu yang cukup. Seorang yang beramal tanpa ilmu, maka tidak menghasilkan kecuali kesia-siaan belaka.


Persiapan Fisik dan Materi

Seorang muslim tidak akan mampu atau berbuat maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit. Oleh karena itu mereka dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Rasulullah mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa di bawah ini :

• Menyikat gigi dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud).

• Berobat seperti dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.

• Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud ra, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. (HR. Al-Haitsami).


Sarana penunjang yang lain yang harus disiapkan adalah materi yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan. Idealnya seorang muslim telah menabung selama 11 bulan sebagai bekal ibadah Ramadhan. Sehingga ketika datang Ramadhan, dia dapat beribadah secara khusu’ dan tidak berlebihan atau ngoyo dalam mencari harta atau kegiatan lain yang mengganggu kekhusu’an ibadah Ramadhan.


Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah (Syahrul Ibadah)

Ibadah Ramadhan dari tahun ke tahun harus meningkat. Tahun depan harus lebih baik dari tahun ini, dan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Ibadah Ramadhan yang kita lakukan harus dapat merubah dan memberikan output yang positif. Perubahan pribadi, perubahan keluarga, perubahan masyarakat dan perubahan sebuah bangsa. Allah SWT berfirman : « Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri » (QS AR- Ra’du 11). Diantara bentuk-bentuk peningkatan amal Ibadah seorang muslim di bulan Ramadhan, misalnya; peningkatan, ibadah puasa, peningkatan dalam tilawah Al-Qur’an, hafalan, pemahaman dan pengamalan. Peningkatan dalam aktifitas sosial, seperti: infak, memberi makan kepada tetangga dan fakir-miskin, santunan terhadap anak yatim, beasiswa terhadap siswa yang membutuhkan dan meringankan beban umat Islam. Juga merencanakan untuk mengurangi pola hidup konsumtif dan memantapkan tekad untuk tidak membelanjakan hartanya, kecuali kepada pedagang dan produksi negeri kaum muslimin, kecuali dalam keadaan yang sulit (haraj).


Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrut Taubah (Bulan Taubat)

Bulan Ramadhan adalah bulan dimana syetan dibelenggu, hawa nafsu dikendalikan dengan puasa, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka. Sehingga bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk bertaubat dan memulai hidup baru dengan langkah baru yang lebih Islami. Taubat berarti meninggalkan kemaksiatan, dosa dan kesalahan serta kembali kepada kebenaran. Atau kembalinya hamba kepada Allah SWT, meninggalkan jalan orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat.


Taubat bukan hanya terkait dengan meninggalkan kemaksiatan, tetapi juga terkait dengan pelaksanaan perintah Allah. Orang yang bertaubat masuk kelompok yang beruntung. Allah SWT. berfirman: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS An-Nuur 31).


Oleh karena itu, di bulan bulan Ramadhan orang-orang beriman harus memperbanyak istighfar dan taubah kepada Allah SWT. Mengakui kesalahan dan meminta ma’af kepada sesama manusia yang dizhaliminya serta mengembalikan hak-hak mereka. Taubah dan istighfar menjadi syarat utama untuk mendapat maghfiroh (ampunan), rahmat dan karunia Allah SWT. “Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS Hud 52)


Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah, Da’wah

Bulan Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para da’i dan ulama untuk melakukan da’wah dan tarbiyah. Terus melakukan gerakan reformasi (harakatul ishlah). Membuka pintu-pintu hidayah dan menebar kasih sayang bagi sesama. Meningkatkan kepekaan untuk menolak kezhaliman dan kemaksiatan. Menyebarkan syiar Islam dan meramaikan masjid dengan aktifitas ta’lim, kajian kitab, diskusi, ceramah dll, sampai terwujud perubahan-perubahan yang esensial dan positif dalam berbagai bidang kehidupan. Ramadhan bukan bulan istirahat yang menyebabkan mesin-mesin kebaikan berhenti bekerja, tetapi momentum tahunan terbesar untuk segala jenis kebaikan, sehingga kebaikan itulah yang dominan atas keburukan. Dan dominasi kebaikan bukan hanya dibulan Ramadhan, tetapi juga diluar Ramadhan.


Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrul Muhasabah (Bulan Evaluasi)

Dan terakhir, semua ibadah Ramadhan yang telah dilakukan tidak boleh lepas dari muhasabah atau evaluasi. Muhasabah terhadap langkah-langkah yang telah kita perbuat dengan senantiasa menajamkan mata hati (bashirah), sehingga kita tidak menjadi orang/kelompok yang selalu mencari-cari kesalahan orang/kelompok lain tanpa mau bergeser dari perbuatan kita sendiri yang mungkin jelas kesalahannya. Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan amal shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat beribadah kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia yang lebih baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera. Dan itu baru akan terwujud jika bangsa ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada Syariat Allah.

Sepuluh Langkah menyambut Ramadhan

Oleh: Mochamad Bugi


Kirim

1. Berdoalah agar Allah swt. memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadan dalam keadaan sehat wal afiat. Dengan keadaan sehat, kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal di bulan itu, baik puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa, ”Allahuma bariklana fii rajab wa sya’ban, wa balighna ramadan.” Artinya, ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban; dan sampaikan kami ke bulan Ramadan. (HR. Ahmad dan Tabrani)

Para salafush-shalih selalu memohon kepada Allah agar diberikan karunia bulan Ramadan; dan berdoa agar Allah menerima amal mereka. Bila telah masuk awal Ramadhan, mereka berdoa kepada Allah, ”Allahu akbar, allahuma ahillahu alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wat taufik lima tuhibbuhu wa tardha.” Artinya, ya Allah, karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan, dan keislaman; dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang engkau cintai dan ridhai.

2. Bersyukurlah dan puji Allah atas karunia Ramadan yang kembali diberikan kepada kita. Al-Imam Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata, ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya.” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Maka, ketika Ramadan telah tiba dan kita dalam kondisi sehat wal afiat, kita harus bersyukur dengan memuji Allah sebagai bentuk syukur.

3. Bergembiralah dengan kedatangan bulan Ramadan. Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para shahabat setiap kali datang bulan Ramadan, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka.” (HR. Ahmad).

Salafush-shalih sangat memperhatikan bulan Ramadan. Mereka sangat gembira dengan kedatangannya. Tidak ada kegembiraan yang paling besar selain kedatangan bulan Ramadan karena bulan itu bulan penuh kebaikan dan turunnya rahmat.

4. Rancanglah agenda kegiatan untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadan. Ramadhan sangat singkat. Karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah.

5. Bertekadlah mengisi waktu-waktu Ramadan dengan ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah, maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. “Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka.” [Q.S. Muhamad (47): 21]

6. Pelajarilah hukum-hukum semua amalan ibadah di bulan Ramadan. Wajib bagi setiap mukmin beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadan datang agar puasa kita benar dan diterima oleh Allah. “Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui,” begitu kata Allah di Al-Qur’an surah Al-Anbiyaa’ ayat 7.

7. Sambut Ramadan dengan tekad meninggalkan dosa dan kebiasaan buruk. Bertaubatlah secara benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadan adalah bulan taubat. “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” [Q.S. An-Nur (24): 31]

8. Siapkan jiwa dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun-nafs. Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental kita siap untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadan.

9. Siapkan diri untuk berdakwah di bulan Ramadhan dengan:

· buat catatan kecil untuk kultum tarawih serta ba’da sholat subuh dan zhuhur.

· membagikan buku saku atau selebaran yang berisi nasihat dan keutamaan puasa.

10. Sambutlah Ramadan dengan membuka lembaran baru yang bersih. Kepada Allah, dengan taubatan nashuha. Kepada Rasulullah saw., dengan melanjutkan risalah dakwahnya dan menjalankan sunnah-sunnahnya. Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahmi. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

(Disadur dari artikel kiriman seorang sahabat)

PANTUN MENYAMBUT RAMADHAN

Bawa saudara pergi kenduri,
Dijamu jagung, bihun dan sepageti;
Jiwa gembira tidak terperi,
Tamu agung setahun dinanti.

Tanam di kebun si buah kelapa
Tanam juga pohon rambutan
Bulan Ramadan hampir tiba
Bersihkan hati, saling bermaafan.

Iblis dan setan bertambah gusar
Bakal dirantai di bulan penantian
Kian mendekat kian bergetar
Khawatirkan diri tak ketemu Ramadan

Sungguh indah sinar rembulan
Memancar lurus di kejauhan.
PadaMu Tuhan kami mohonkan ampunan
Beri kami kesempatan menyambut Ramadan

Menyambut Ramadhan dengan Cinta

Menyambut Ramadhan dengan Cinta
Source : Uknkown

Demi cintanya pada manusia, Allah SWT membuka banyak saluran dan jalan bagi untuk keselamatan hamba-hamba-Nya, salah satunya lewat Ramadhan, bulan di mana Allah SWT membuka selebar-lebarnya pintu cinta-Nya pada manusia.

Allah SWT adalah Dzat pemilik cinta. Cinta Allah adalah cinta tak bersyarat; unconditional love. Dia mencintai semua hamba-Nya tanpa mengharap balasan apa pun. Cinta Allah adalah cinta “walaupun”, bukan cinta “karena”. Allah selalu mencintai hamba-Nya walaupun hamba itu berbuat zalim dan terus membangkang perintah-Nya. Sebaliknya, cinta manusia adalah cinta “karena”. Manusia mencintai sesuatu karena sesuatu itu ada manfaat bagi dirinya. Manusia beramal, karena ingin mendapatkan balasan dan kebaikan.

Demi cinta-Nya tersebut, Allah SWT membuka jalan bagi keselamatan dan kebahagian manusia. Salah satunya adalah dengan dikaruniakannya Ramadhan sebagai bulan istimewa. Maka, tak berlebihan bila Ramadhan dikatakan sebagai bulan cinta, bulan di mana Allah SWT membuka pintu-pintu kecintaan-Nya.

“Tanda cinta” dari Allah SWT ini, digambarkan dengan sangat tepat oleh Rasulullah SAW, “Wahai manusia, bertobatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tanganmu untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang semua hamba-Nya dengan penuh kasih; Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya, dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.

Demikianlah, Ramadhan adalah bulan di mana Allah SWT memanggil semua hamba-Nya untuk kembali menuju hakikat hidup sebenarnya. Ada perumpamaan menarik dari Dr Jalaluddin Rakhmat. Menurutnya, manusia adalah “anak-anak Allah” yang dikeluarkan dari rumah-Nya untuk bermain-main di halaman dunia ini. Dalam QS Al-An’am [6] ayat 32 Allah SWT berfirman, “Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa.” Karena itu, Kabah disebut rumah Allah (Baitullah), karena ke sanalah para jamaah haji berangkat, meninggalkan segala urusan dunia mereka. Ramadhan pun disebut bulan Allah, karena pada bulan itulah kita pulang, kita meninggalkan halaman permainan kita.

Selama kita asyik bermain, kita sibuk membeli “jajanan” yang bermacam-macam: kekayaan, kekuasaan, kemasyhuran, atau kesenangan duniawi lainnya. Kita lupa bahwa ada makanan lain yang jauh lebih sehat dan lebih lezat. Pada bulan Ramadhan itulah Allah menyeru kita untuk kembali kepada-Nya. Allah telah mempersiapkan jamuan makanan berupa rahmat dan kasih sayang-Nya bagi kita yang “bermain” terlalu jauh dari “rumah”.

Lewat syairnya, Jalaluddin Rumi mengungkapkan: “Bagaimana keadaan sang pencinta?,” tanya seorang lelaki. Kujawab,”Jangan bertanya seperti itu, Sobat: Bila engkau seperti aku, tentu engkau akan tahu; Ketika Dia memanggilmu, engkau pun akan memanggil-Nya.”

Ramadhan adalah bukti cinta Allah. Bahagia bertemu dengan Ramadhan sama artinya dengan bahagia bertemu Allah. Konsekuensinya jelas, “Barangsiapa mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun mencintai pertemuan dengannya. Dan barangsiapa tidak mencintai pertemuan dengan Allah, maka Allah pun tidak mencintai pertemuan dengannya” (HR Bukhari).

Bila kita mencintai Allah, kita harus menyambut apa pun yang datang dan diserukan-Nya, termasuk Ramadhan. Dalam Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali menyatakan adalah sebuah kebohongan besar bila seseorang mencintai sesuatu tetapi ia tidak memiliki kecintaan kepada sesuatu yang berkaitan dengannya. Al-Ghazali menulis, “Bohonglah orang yang mengaku mencintai Allah SWT tetapi ia tidak mencintai Rasul-Nya; bohonglah orang yang mengaku mencintai Rasul-Nya tetapi ia tidak mencintai kaum fakir dan miskin; dan bohonglah orang yang mengaku mencintai surga tetapi ia tidak mau menaati Allah SWT.”

Karena cinta Rasulullah SAW dan para sahabat selalu menyambut Ramadhan dengan sukacita. Bahkan sejak Rajab dan Sya’ban mereka telah mempersiapkan segala sesuatu untuk menyambutnya, termasuk dengan memperbanyak puasa dan amalan sunnat lainnya. Siti ‘Aisyah berkata, “Tidak pernah Rasulullah SAW berpuasa dalam satu bulan yang lebih banyak dari puasanya pada bulan Sya’ban, ada kalanya sebulan penuh. Dan adakalanya hampir penuh hanya sedikit yang tidak puasa” (HR Bukhari Muslim).

Tatkala cinta sudah berbicara, tidak ada lagi alasan bagi kita untuk tidak bahagia menyambut Ramadhan. Tidak ada lagi keluh-kesah menahan lapar, haus, dan semua keletihan tatkala menjalani Ramadhan.

Lewat cintalah semua yang pahit akan menjadi manis.

Wallahu a’lam bish-shawab.

… Allah Maha Besar … Marhaban Yaa Ramadhan …

28 Mei, 2008

Filosofi Pohon Solusi Perdamaian dan Kesejahteraan Dunia

Perdamaian dan Kesejahteraan adalah kondisi yang sangat diharapkan dan diimpikan oleh semua manusia yang terlahir ke dunia. Ia sudah menjadi tujuan universal bagi masyarakat dunia sepanjang peradaban manusia yang beradab. Kenapa ada peradaban manusia yang beradab dan ada juga yang tidak beradab? Itulah manusia, dalam dirinya ada bakat menjadi orang yang baik dan bijaksana melebihi malaikat, namun ia juga punya bakat menjadi orang yang jahat dan biadab melebihi binatang. Semua itu tergantung didikan awal lingkungan dimana ia tinggal.

Jika saja kita mau merenung beberapa menit dalam perjalanan hidup kita, bahwa Allah swt. telah membuat satu makhluk ciptaan-Nya yang begitu sangat bermanfaatnya bagi kelangsungan hidup manusia khususnya, ia adalah POHON. Kita harus banyak belajar dari kehidupan pohon.

Sebagaimana manusia, pohonpun ada yang baik dan buruk.

Pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya (Q.S. 14/24-25).

Pohon adalah lambang persatuan dengan bersatunya akar, batang (cabang) dan buah, sehingga dengan bersatunya tiga unsur tersebut bermanfaatlah pohon bagi kehidupan manusia dan semua makhluk.

Persatuan adalah modal dasar dalam membangun suatu masyarakat dunia yang damai. Selengkap dan sedetil apapun suatu aturan atau hukum, seluas dan sesubur apapun wilayah tanah suatu negeri, dan sebanyak dan berkualitasnya suatu rakyat, tidak akan berarti apa-apa dan hanya sia-sia saja manakala tidak mampu menyatukan dan memanage ketiga unsur tersebut. Oleh karena itu persatuan adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dan menjadi syarat mutlak untuk terciptanya perdamaian bangsa-bangsa secara domestik, regional maupun internasional.

Sehingga dengan terciptanya perdamaian secara merata maka akan terciptalah kondisi yang aman untuk melakukan segala aktifitas berbagai kegiatan dari segi politik, ekonomi, sosial, pendidikan dan budaya yang nantinya akan membuahkan kesejahteraan yang merata di semua kawasan dunia.

Jadi filosofi pohon adalah Tauhid. Bersatunya akar, batang dan buah dalam satu ikatan sistem yang baku dan sangat erat tidak dapat dipisahkan bernama POHON. Contohnya jika kita menginginkan menikmati buah kelapa, maka kita harus menanam akar kelapa sehingga akan tumbuhlah cabang atau batang kelapa sebagai tempat untuk memproses sari-sari makanan yang diserap oleh akar dari tanah, dan kemudian kita akan menikmati buah duren yang keluar dari cabang-cabang pohon kelapa. Sepertinya ungkapan ini sederhana, namun kalau dipahami lebih dalam lagi, bahwa semua keberhasilan dan kesuksesan di dunia ini adalah karena satunya antara niat, ucapan dan perbuatan. Sehingga timbullah kejujuran dalam hati, lisan dan amal, yang merupakan kunci bagi terciptanya perdamaian antar pribadi, golongan, suku, agama, bangsa bahkan umat manusia seluruhnya. Sebagaimana pohon yang memberikan buahnya kepada siapapun tanpa pandang bulu, begitulah buah perdamaian dari bersatunya umat manusia dalam hidup berkesetaraan di dunia akan menciptakan kesejahteraan yang melimpah dan merata bagi segenap umat manusia penghuni jagad raya bahkan makhluk hidup lainnya pun akan merasakan juga.